PEKERJA PENGEMBANGAN MASYARAKAT
BERVISI PEMBERDAYAAN DALAM PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengembangan Masyarakat
Yang dibina oleh Bapak Nurhadi
Oleh:
Aminatus Sakdiah (140141604146)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Desember 2015
A.
PEMBAHASAN
1.
PROGRAM
PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
Keaksaraan
merupakan keadaan seseorang dalam hal membaca, menulis, berhitung dan
berkomunikasi yang terus-menerus dikembangkan dalam hidupnya untuk meningkatkan
mutu dan taraf kehidupannya. Pendidikan keaksaraan adalah usaha membimbing
mengenai keaksaraan agar bermanfaat bagi masyarakat. Akan tetapi, di Indonesia
masih tinggi tingkat buta aksara yang disebabkan karena tidak didapatkannya
kesempatan belajar karena faktor ekonomi (kemiskinan).
Menurut
Hatimah (2007:5.3), masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara
terbuka bahwa dirinya buta huruf dan berkeinginan kuat untuk belajar calistung (baca, tulis dan berhitung).
Dari pernyataan tersebut, cara untuk
membangkitkan motivasi masyarakat agar mau belajar adalah dengan pendekatan
yang sesuai dengan karakter dan budaya yang ada di masyarakat tersebut sehingga
buta aksara yang ada dapat diperkecil.
2.
PEKERJA
PENGEMBAGAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
a.
Peranan
Pekerja Masyarakat (Community Workers) atau Tutor
Pekerja
masyarakat (community worker) adalah seseorang yang aktif membatu masyarakat
dalam kegiatan pengembangan masyarakat. Jika dihubungkan dengan program
pemberantasan buta aksara pekerja masyarakat yang ada di dalamnya disebut
dengan tutor. Tutor termasuk pekerja pengembangan masyarakat karena mempunyai
peran yang sama yaitu membantu masyarakat untuk menjadi masyarakat yang lebih
berdaya.
Peranan
tutor yang sangat penting adalah membangun konsensus dari beragam kebutuhan masyarakat
(Fredian, 2014:58). Selain pernyataan di atas, tutor juga diperlukan untuk
lebih kritis terhadap latar belakang masyarakat atau warga belajar mengenai
ras, jenis kelamin, sikap berdasarkan kelas yang ada dalam masyarakat tersebut.
b.
Perlakuan
Pekerja Masyarakat Terhadap Wagra Belajar
Pembelajaran yang dilakukan di
masyarakat tidak seperti pembelajaran di sekolah karena dalam masyarakat
sasarannya adalah orang dewasa. Pengansumsian belajar orang dewasa: (1) orang
dewasa mempunyai konsepsi diri, (2) orang dewasa mempunyai akumulasi
pengalaman, 3) orang dewasa mempunyai kesiapan belajar, (4) orang sewasa
berharap agar dapat segera menerapkan perolehan belajarnya, (5) orang dewasa
mempunyai kemampuan untuk belajar (Sudjana, 2000:63). Berdasarkan pernyataan
tersebut dalam proses kegiatan program pemberantasan buta huruf, seorang tutor
dianjurkan untuk memperlakukan warga belajar sesuai asumsi orang dewasa dalam
pembelajaran.
3.
PELAKSANAAN
PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA OLEH PEKERJA MASYARAKAT
a.
Strategi
Pembelajaran Membaca
Pada
umumnya warga belajar mempunyai kemampuan untuk mengenal atau mengucapkan
kata-kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasaya kata-kata
tersebut antara lain adalah nama mereka, alamat dimana mereka tinggal dan
sebagainya.
Dalam
pemilihan bahan bacaan pekerja masyarakat dapat membuat sendiri. Jika pekerja
masyarakat membuat sendiri bahan bacaan maka harus memperhatikan hal berikut.
1) Menggunakan
kata yang sudah dikenal oleh warga belajar.
2) Menggunakan
kalimat-kalimat pendek dan sederhana.
3) Menggunakan
gambar sederhana yang sesuai dengan kehidupan warga belajar baik berupa symbol,
gambar, foto, dan sebagainya.
4) Menggunakan
bahan belajar dari pengalaman warga belajar seperti dari undangan pernikahan
yang pernah didapatka oleh warga belajar, surat tidak masuk sekolah hasil
membuatkan surat anaknya untuk izin sekolah dan sebaginya.
Kegiatan
yang dapat dilakukan pekerja masyarakat dalam proses pembelajaran di program
pemberantasan buta huruf antara lain sebagai berikut.
1) Mengajarkan
keterampilan membaca sesuai kebutuhan warga belajar dengan bahan bacaan yang
sederhana. Keterampilan membaca yang perlu diajarkan misalnya tentang keinginan
mereka. Warga belajar akan lebih mudah menerima jika itu menyangkut keinginan
warga belajar sendiri. Selain keinginan, mengajarkan membaca tentang resep
makanan juga dapat digunakan karena bagaimanapun warga belajar khususnya
ibu-ibu pasti membutuhkan hal tersebut.
2) Menggunakan
sarana yang ada dan dimiliki warga belajar. Sarana atau alat bantu yang
digunakan misalnya seperti radio dan televisi. Tentunya warga belajar mempunyai
alat tersebut yang juga dapat digunaka untuk belajar di rumah mereka
masing-masing sehingga bisa dijadikan media belajar pendukung.
3)
Mengajarkan keterampilan menyusun
kalimat menggunakan pendekatan Bahasa Indonesia. Selain mengajarkan membaca,
keterampilan menyusun kalimat juga diperlukan oleh warga belajar.
4)
Minta warga belajar untuk membacakan
hasil tulisannya. Ketika poin ketiga sudah dilakukan maka sebaiknya meminta
warga belajar membacakan hasil tulisannya agar mereka lebih terampil dalam
membaca.
b. Strategi Pembelajaran Menulis
Pedoman pekerja masyarakat dalam
membantu warga belajar untuk belajar menulis antara lain sebagai berikut.
1)
Pekerja masyarakat menggunakan bahan,
peristiwa atau kejadian dan permasalahan yang berasal dari waarga setempa.
2)
Pekerja masyarakat memiliki berbagai
pilihan gambar yang ditampilkan dalam mengemukakan masalah yang dihadapi warga
belajar, selanjutnya biarkan mereka mencari penyelesaiannya.
3)
Pekerja masyarakat memberi warga belajar
untuk berpikir sendiri.
4)
Pekerja masyarakat tidak boleh terlalu
khawatir jika warga belajar tidak bisa menulis dengan sempurna.
5)
Pekerja masyarakat membantu warga
belajar untuk percaya diri dan merasa senang karena mereka bisa menulis.
6)
Pekerja masyarakat memberi semangat
kepada warga belajar untuk membantu warga belajar lainnya.
Proses menulis akan lebih mudah
dilakukan jika warga belajar saling membantu dengan yang lainnya. Hal yang
dapat dilakukan pekerja masyarakat adalah sebagai berikut.
1)
Membentuk kelompok menulis. Bila
pembelajaran menulis secara kelompok atau menulis dengan partner maka tugas pekerja masyarakat adalam memonitor dan membantu
warga belajar satu persatu.
2)
Memilih Warga Belajar yang Mampu. Di
sini pekerja masyarakat membimbing warga belajar yang kemampuannya lebih tinggi
daripada warga belajar yang lainnya. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk
membatu atau memperingan pekerja masyarakat dalam membimbing keseluruhan warga
belajar. Warga belajar yang dibimbing terlebih dahulu diharapkan dapat membantu
warga belajar lainnya yang masih dalam proses pemulaan belajar.
3)
Merangsang warga belajar untuk menulis
berdasarkan pengalaman. Hal pertama yang dapat dilakukan warga belajar di sini
adalah menganalisis pengalaman. Setelah dianalisis maka pengalaman tersebut
ditulis oleh warga belajar. Hasil dari tulisan didiskusikan dengan warga
belajar lain. Sehingga muncul sebuah ide baru dari diskusi dan dapat ditulis
oleh warga belajar ide-ide tersebut.
c. Strategi Pembelajaran Berhitung
Pelajaran berhitung biasanya terdapat
sedikit kesulitan karena warga belajar sudah mengenal hitung-menghitung akan
tetapi belum mampu menulis perhitungan tersebut dengan benar. Pekerja
masyarakat perlu membantu warga belajar membelajarkan berhitung yang sudah
dikenal dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Maka yang dapat dilakukan
pekerja masyarakat adalah mengamati kegiatan berhitung warga belajar.
Dalam mengamati kegiatan berhitung
warga belajar, pekerja masyarakat mengamatinya dalam kegiatan mereka di
kehidupan sehari-hari seperti:
1)
Pekerja masyarakat mengamati kapan dan dimana
warga belajar biasanya melakukan kegiatan berhitung (pasar, rumah, ladang, dan
sebagainya).
2)
Pekerja masyarakat mengamati jenis
hitungan yang biasa digunakan warga belajar.
3)
Pekerja masyarakat mengamati seberapa
besar warga belajar melakukan perhitungan yang tepat.
4)
Pekerja masyarakat mengamati alat bantu
dalam kegiatan berhitung warga belajar (garisan/meteran, kalkulator, kerikil,
lidi, jari tangan, dan sebagainya).
5)
Pekerja masyarakat mengamati angka
pecahan yang paling banyak dicatat oleh warga belajar secara umum.
Pedoman pekerja masyarakat dalam
membantu warga belajar untuk belajar berhitung adalah sebagai berikut.
1)
Warga belajar mempunyai kemampuan
menghitung yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti menghitung
jumlah anak, jumlah ternak atau peliharaan seperti ayam, kambing, dan
menghitung seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian sederhana.
2)
Kemampuan menghitung masyarakat biasanya
lebih baik daripada kemampuan menulisnya.
3)
Pekerja masyarakat mengajarkan keterampilan
berhitung yag dibutuhkan warga belajar seperti menghitung jarak alamat warga
belajar dengan suatu tempat, ukuran untuk menjahit, ukuran untuk memasak,
pertumbuha anak (berat badan).
4)
Pekerja masyarakat menggunakan dan
memanfaatkan alat bantu yang berasal dari kehidupan warga belajar seperti lidi,
batu, daun, tangan, dan sebagainya.
B. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pekerja pengembangan masyarakat yang
mempunyai visi memberdayakan masyarakat harus dapat meletakkan dirinya sebagai
pendamping. Begitu pula pada program pemberantasan buta huruf, pekerja
masyarakat harus bekerja sesuai peranannya yaitu membantu masyarakat agar
menjadi manusia yang berdaya.
Pelaksanaan kegiatan program
pemberantasan buta huruf pekerja masyarakat memiliki strategi-strategi yang
dapat dilakukan untuk mengefektifkan kegiatan tersebut. Strategi-strategi yang
dimaksud antara lain: (a) strategi pembelajaran membaca, (b) strategi
pembelajaran menulis, (c) strategi pembelajaran berhitung.
2. Saran
Saran ditujukan untuk pekerja
masyarakat (tutor) dalam program pemberantasan buta huruf. Dalam membantu warga
belajar sebaiknya tutor dapat memperlakukan warga belajar sebagaimana orang
dewasa belajar dan mendampingi belajar sesuai dengan kebutuhan dan budaya yang
ada di masyarakat. Tugas tutor sebagai pendamping bukan pengajar. Jadi, tutor
memberi kesempatan kepada warga belajar untuk memecahkan masalahnya sendiri.
C. DAFTAR PUSTAKA
Fredian, N. T. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta:
Yayasan Obor.
Hatimah, I.
2007. Pembelajaran Berwawasan
Kemasyarakatan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudjana, D. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah
Production.
Teringat semester 3 lalu, saya mencari nilai tambahan untuk matakuliah Pengembangan Masyarakat dengan membuat makalah pendek ini. Hehe, meskipun tidak terlalu baik, namun semoga dapat memberi manfaat bagi pembaca. Aamiin.
Salam semangat..